Home » » Andrea Hirata Seyogianya Belajar Pada Ahmad Tohari

Andrea Hirata Seyogianya Belajar Pada Ahmad Tohari

Oleh Agus Pribadi

Membaca polemik antara Damar Juniarto dengan Andrea Hirata di berbagai media. Saya menjadi teringat pada polemik antara F Rahardi dengan Ahmad Tohari di majalah Horison pada tahun 1984 lalu, berarti 29 tahun sebelum polemik yang akhir-akhir ini sedang hangat itu. Perbedaannya, Ahmad Tohari membalas tulisan F Rahardi dengan tulisan juga. Sementara Andrea Hirata berencana melakukan gugatan hukum atas tulisan Damar Juniarto tersebut, sebagaimana diberitakan berbagai media. Padahal menurut saya F Rahardi lebih pedas dalam memberi kritik daripada Damar Juniarto. Membaca kritik F Rahardi, kuping saya terasa merah. Saya tak bisa membayangkan bagaimana dengan penulisnya sendiri, yakni Ahmad Tohari. Namun Ahmad Tohari tetap tegar, ia membalas tulisan F Rahardi dengan tulisan yang dimuat juga di majalah Horison pada tahun yang sama.

Kritik tajam F Rahardi berjudul “Ronggeng Dukuh Paruk : Cacat Latar yang Fatal”. Saya tidak bisa membayangkan kalau saya yang mendapat kritik itu. Namun Ahmad Tohari tetap tegar. Dan terbukti Novel Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk tetap digemari sampai saat ini, diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa asing, dijadikan bahan penelitian, dan difilmkan.
Ahmad Tohari membalas kritikan F Rahardi dengan tulisan dan salam, berjudul “Kecongkakan Akademik Dalam Kritik Sastra Salam buat Pak Guru Biologi”. Di sinilah pengedepanan kepenulisan Ahmad Tohari menggunakan olah kata juga untuk menanggapi kata-kata. Bukannya berencana melakukan langkah lainnya.

F Rahardi kembali menanggapi tulisan Ahmad Tohari dengan judul “Masih Sekitar Ronggeng Dukuh Paruk Hantam Kromo Bikin Keqi”. Ini seperti sebuah pertarungan kata-kata dua pendekar menulis. Bertarung dengan kata-kata, dan pembaca yang akan menilainya.

Tulisan-tulisan tersebut dapat dibaca di :

Karya Ronggeng Dukuh Paruk sendiri terlahir dari kritik atas Novel Kubah, karya sebelumnya yang ditulis Ahmad Tohari. Bukannya larut dalam kritik, Ahmad Tohari membuktikannya dengan berkarya yang lebih baik lagi.

Belajar pada Ahmad Tohari.
Dalam menghadapi kritik, seyogianya Andrea Hirata belajar pada Ahmad Tohari. Seyogianya Andrea Hirata menulis tanggapan atas tulisan Damar Juniarto di Kompasiana, atau media lainnya. Seiring dengan itu, lebih baik Andrea Hirata sibuk menulis dan menulis lagi untuk karya yang lebih baik. Dan biarkan pembaca yang menilainya. Sebagaimana Ronggeng Dukuh Paruk, saya yakin Laskar Pelangi akan tetap bersinar.
Dalam membaca tulisan, termasuk tulisan Damar Juniarto, saya yakin pembaca akan cukup dewasa dalam merespon dan menyikapinya. Karya Andrea Hirata tidak akan tenggelam begitu saja hanya karena sebuah kritik. ****

Diambil dari artikel di http://media.kompasiana.com/

0 comments:

Post a Comment

Manfaat Crystal-X

Toko Kirana

Cari Loker Disini


Popular Post

PRODUK UNIK JANGAN DI-KLIK
Copyright © 2013 Ahmad Tohari Pages . All rights reserved.. Powered by Blogger.